Seperti yang sudah kita ketahui, keimanan adalah bab yang sangat vital dalam ilmu tauhid. Sehingga sudah seharusnya seorang muslim paham (setidaknya dasar) pembahasan ini. Berjuang untuk terus memantapkan Iman adalah bentuk keharusan lain setelah pemahaman.
Proses memantapkan memang tidaklah mudah, tetapi bukan berarti hal itu mustahil, karena dengan terus belajar dan beribadah akan sangat membantu mempertebal keimanan seseorang.
Hal lain yang perlu diketahui perihal keimanan, adalah bahwasanya iman seseorang itu memiliki tingkat yang berjenjang. Berikut 4 tingkat dalam keimanan:
1.Tingkat Taqlid
Yaitu beriman karena ikut-ikutan saja, tanpa didasari atas pendirian yang mantap, bahkan iman pada tingkat ini orang tersebut tidak mengetahui dalil dalil atas apa yang dia imani.
Biasanya, hal ini disebabkan karena pengetahuannya tentang masalah ketuhanan yang kurang, sementara ia tidak berupaya untuk meningkatkan pengetahuannya tersebut.
Iman jenis ini tetap dihukumi sah dan dikatakan memiliki keimanan, tetapi orang ini adalah orang yang berdosa karena jika sebenarnya dia mampu untuk menggali pengetahuan tentang keimanannya dan dia tidak berupaya untuk mendalami pengetahuannya.
Yaitu beriman kepada Allah dengan pengetahuannya serta mampu menunjukkan bukti (burhan), alasan (dalil) atas keyakinannya tersebut, namun belum mampu merasakan hubungan yang kuat dan mendalam antara objek dengan bukti yang didapatnya. Iman pada tingkat ini masih bisa goyang dengan sanggahan atau argumen lain yang lebih rasional dan mendalam.
3. Tingkat ‘Ainul Yakin
Yaitu beriman kepada Allah secara mendalam, rasional dan ilmiah, sehingga ia mampu menemukan hubungan antara objek dengan buktinya. Pada tingkat iman seperti ini ia telah mampu menjawab sanggahan dan argumen yang meragukan keimanannya.
Dalam tingkat keimanan ini, biasanya orang tersebut selalu mengetahui allah dengan pengawasan hati atau dalam derajat muraqabah, rasa takutnya pada Allah menjaga dia agar tidak meluputkan allah dari hatinya.
4. Tingkat Haqqul Yakin
Merupakan tingkat tertinggi dari capaian iman seseorang, karena bukan saja telah mampu nemukan hubungan antara objek dengan buktinya, mendalami masalah ketuhanan secara mendalam, rasional dan ilmiah, melainkan telah merasakan melalui pengalaman keberagamaan, penghayatan dan pengamalan ajaran agamanya.
Dalam kitab Syarah Kashifatus Saja fi Syarhi Safinatun Naja, Syekh Nawawi Al-Bantani menambahkan bahwa terdapat tingkatan yang lebih tinggi dari keimanan haqqul yakin, yakni Tingkat Hakikat.
Tingkatan iman hakikat dalam bahasa tasawuf dijelaskan bahwa orang pada tingkat ini akan merasakan penyatuan dengan Allah dan dia merasa mabuk karena saking cintanya kepada allah. Sehingga orang dalam tingkat ini diibaratkan orang yang tenggelam di tengah lautan dan dia sama sekali tidak bisa melihat tepinya.